ANALISIS FORENSIK BAHAN TOKSIK ARSEN
PENDAHULUAN
Pemeriksaan
forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yang pertama
bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya kematian akibat keracunan
morfin, sianida, karbon monoksida, keracunan insektisida, dan lain sebagainya,
dan kelompok yang kedua – dimana sebenarnya yang terbanyak kasusnya, akan
tetapi belum banyak disadari – adalah untuk mengetahui mengapa suatu peristiwa,
misalnya peristiwa pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pesawat udara
dan perkosaan dapat terjadi. Dengan demikian, tujuan yang kedua bermaksud untuk
membuat suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi.
Bila
pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan dapat
ditemukan reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah demikian
pada yang kedua, dimana disini yang perlu dibuktikan atau dicari korelasinya
adalah sampai sejauh mana reaksi obat tersebut berperan dalam memungkinkan
terjadinya berbagai peristiwa tadi.
Karena
sifat beracunnya, mudahnya didapat serta mudahnya digunakan oleh masyarakat,
maka wajarlah jika ada yang menyalahgunakannya untuk hal-hal yang bertentangan
dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa dilakukan secara
langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas.
Dalam
menghadapi kasus yang demikian, maka peranan kedokteran kehakiman sangatlah
penting dalam menentukan apakah korban benar-benar meninggal karena arsen, atau
sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi, dokter juga bekerja sama dengan
bagian toksikologi dalam menentukan adanya arsen dan jumlahnya yang ada pada
korban. Pada orang-orang sehat, juga bisa ditemukan arsen, misalnya pada orang
yang minum tonikum yang mengandung arsen. Oleh karena itu dalam menentukan
sebab kematian karena arsen, selain ditemukannya arsen dalam jaringan atau
organ, juga harus dapat ditentukan kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan
atau organ tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya, walaupun mungkin tidak
begitu banyak terjadi, keracunan arsen dapat berupa kontaminasi lingkungan dari
zat-zat atau benda hasilan atau yang mengandung arsen.
A.
Racun
Pengertian racun
Menurut
Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan minimal),
yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan timbulnya reaksi
kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Menurut
Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila mengenai
tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, kerugian,
bahkan kematian.
Sehingga
jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia, yang dalam
jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai
tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan
menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Jalan masuk
Racun
dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui beberapa cara:
- Melalui mulut (peroral / ingesti).
- Melalui saluran pernafasan (inhalasi)
- Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
- Melalui kulit yang sehat / intak atau kulit yang sakit.
- Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985)
Mekanisme kerja racun
- Racun yang bekerja secara setempat (lokal)
Misalnya:
·
Racun bersifat korosif: lisol,
asam dan basa kuat.
·
Racun bersifat iritan: arsen,
HgCl2.
·
Racun bersifat anastetik:
kokain, asam karbol.
Racun-racun yang bekerja
secara setempat ini, biasanya akan menimbulkan sensasi nyeri yang hebat,
disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang dapat disebabkan oleh syok
akibat nyerinya tersebut atau karena peradangan sebagai kelanjutan dari
perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan.
- Racun yang bekerja secara umum (sistemik)
Walaupun kerjanya secara
sistemik, racun-racun dalam golongan ini biasanya memiliki akibat / afinitas
pada salah satu sistem atau organ tubuh yang lebih besar bila dibandingkan
dengan sistem atau organ tubuh lainnya.
Misalnya:
·
Narkotik, barbiturate, dan
alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf pusat.
·
Digitalis, asam oksalat terutama
berpengaruh terhadap jantung.
·
Strychine terutama berpengaruh
terhadap sumsum tulang belakang.
·
CO, dan HCN terutama berpengaruh
terhadap darah dan enzim pernafasan.
·
Cantharides dan HgCl2 terutama
berpengaruh terhadap ginjal.
·
Insektisida golongan hidrokarbon
yang di-chlor-kan dan phosphorus terutama berpengaruh terhadap hati.
- Racun yang bekerja secara setempat dan secara umum
Misalnya:
·
Asam oksalat
·
Asam karbol
Selain menimbulkan rasa
nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan depresi pada susunan syaraf pusat
(efek sistemik). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam karbol tersebut
akan diserap dan berpengaruh terhadap otak (Nawawi, 1989).
·
Arsen
·
Garam Pb
Kriteria diagnosis kasus
keracunan
- Anamnesa yang menyatakan bahwa korban benar-benar kontak dengan racun (secara injeksi, inhalasi, ingesti, absorbsi, melalui kulit atau mukosa).
Pada umumnya anamnesa
tidak dapat dijadikan pegangan sepenuhnya sebagai kriteria diagnostik, misalnya
pada kasus bunuh diri – keluarga korban tentunya tidak akan memberikan
keterangan yang benar, bahkan malah cenderung untuk menyembunyikannya, karena
kejadian tersebut merupakan aib bagi pihak keluarga korban.
- Tanda dan gejala-gejala yang sesuai dengan tanda / gejala keracunan zat yang diduga.
Adanya tanda / gejala
klinis biasanya hanya terdapat pada kasus yang bersifat darurat dan pada
prakteknya lebih sering kita terima kasus-kasus tanpa disertai dengan data-data
klinis tentang kemungkinan kematian karena kematian sehingga harus dipikirkan
terutama pada kasus yang mati mendadak, non traumatik yang sebelumnya dalam
keadaan sehat.
- Secara analisa kimia dapat dibuktikan adanya racun di dalam sisa makanan / obat / zat yang masuk ke dalam tubuh korban.
Kita selamanya tidak
boleh percaya bahwa sisa sewaktu zat yang digunakan korban itu adalah racun
(walaupun ada etiketnya) sebelum dapat dibuktikan secara analisa kimia,
kemungkinan-kemungkinan seperti tertukar atau disembunyikannya barang bukti,
atau si korban menelan semua racun – kriteria ini tentunya tidak dapat dipakai.
- Ditemukannya kelainan-kelainan pada tubuh korban, baik secara makroskopik atau mikroskopik yang sesuai dengan kelainan yang diakibatkan oleh racun yang bersangkutan.
Bedah mayat (otopsi)
mutlak harus dilakukan pada setiap kasus keracunan, selain untuk menentukan
jenis-jenis racun penyebab kematian, juga penting untuk menyingkirkan
kemungkinan lain sebagai penyebab kematian. Otopsi menjadi lebih penting pada
kasus yang telah mendapat perawatan sebelumnya, dimana pada kasus-kasus seperti
ini kita tidak akan menemukan racun atau metabolitnya, tetapi yang dapat
ditemukan adalah kelainan-kelainan pada organ yang bersangkutan.
- Secara analisa kimia dapat ditemukan adanya racun atau metabolitnya di dalam tubuh / jaringan / cairan tubuh korban secara sistemik.
Pemeriksaan toksikologi
(analisa kimia) mutlak harus dilakukan. Tanpa pemeriksaan tersebut, visum et
repertum yang dibuat dapat dikatakan tidak memiliki arti dalam hal penentuan
sebab kematian. Sehubungan dengan pemeriksaan toksikologis ini, kita tidak
boleh terpaku pada dosis letal sesuatu zat, mengingat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kerja racun. Penentuan ada tidaknya racun harus dibuktikan secara
sistematik, diagnosa kematian karena racun tidak dapat ditegakkan misalnya
hanya berdasar pada ditemukannya racun dalam lambung korban.
Dari kelima kriteria
diagnostik dalam menentukan sebab kematian pada kasus-kasus keracunan seperti
tersebut di atas, maka kriteria keempat dan kelima merupakan kriteria yang
terpenting dan tidak boleh dilupakan.
B.
ARZEN
Sejarah
Sebenarnya
arsen sudah dikenal sejak dulu dari sulfide-sulfidenya, dan ahli kimia dari
Yunani mendapatkan arsen putih dengan membakar salah satu diantaranya.
Pada
abad ke XVI, buruh-buruh tambang dariSaxony menjadi kebingungan dan tak
menentu ketika mereka mencium bau smaltite, Co As2, karena zat
tersebut mengeluarkan asap arsen yang beracun, dan zat tersebut tak
menghasilkan perak walaupun zat tersebut nampak seperti perak putih metalik.
Para petambang
tadi mengira bahwa terdapatkobold atau goblin dalam
biji tambang tersebut, yang menyebabkan kebingungan yang tak layak. Dan hal ini
merupakan asal kata Cobalt.
Pengertian
tentang senyawa arsen sudah dimulai sejak tahun 1733, ketika Brandt
memperlihatkan bahwa arsen putih merupakan oksidasi dari elemen arsen. Pada
tahun 1956, dalam “De Re Metallica”, Agricolas menggambarkan efek dari
arsenical-cobalt, yang saat itu disebut Cadmia. Dimana dikatakan zat tersebut
dapat merusak kulit tangan pekerja, dan dia kemudian mengharuskan pemakaian
sarung tangan panjang pada pekerja-pekerja yang menanganinya.
Warangan,
yang merupakan salah satu bentuk arsen in organik yang merupakan bentuk logam
berat yang sangat beracun yang banyak digunakan oleh masyarakat, terutama bagi
mereka yang memiliki “wesi aji”. Sebagai salah satu tradisi, setiap kali mereka
“menyucikan” wesi aji, mereka mengoleskan warangan padanya. Senyawa arsen in organik
yang melebihi golongan racun lainnya, telah digunakan untuk tujuan-tujuan
pembunuhan. Pelaku pembunuhan memberi racun pada korban dalam suatu dosis
fatal.
Pada
sejarah pembunuhan dengan menggunakan arsen sering terjadi pada pembunuhan masal,
dimana sejumlah orang diracuni oleh seorang individu. Pada masa lalu, karena
arsen ini (yaitu arsen trioxide) memiliki aroma yang kurang mencolok, maka akan
memudahkannya untuk disembunyikan ke dalam makanan atau minuman dengan tujuan
untuk melakukan sesuatu tindak kejahatan yang tersembunyi.
Dalam
beberapa perihal pembunuhan, preparat yang mengandung senyawa arsen ada yang
dimasukkan ke dalam anus, uretra, ataupun vagina. Kadang terjadi dimana
preparat arsen dimasukkan ke dalam vagina dengan maksud pengguguran, tetapi
malah berakibat kematian.
Dalam
“Office of The Chief Medical Examiner” (Kantor Pemeriksaan Obat), pembunuhan
dengan senyawa arsen termasuk jarang terjadi. Diantara tahun 1918-1951 tercatat
13 kali kejadian.
Peracunan
yang dilakukan dengan tujuan bunuh diri, terjadi lebih sering, dan biasanya
akibat dari racun tikus atau Paris-Green. Dia antara tahun 1918-1951, kematian
karena bunuh diri dengan senyawa arsen inorganic tercatat sejumlah 145
orang. Masalah peracunan yang tak disengaja dan hanya secara
kebetulan akibat dari arsen inorganik agak umum terjadi. Di New York pada
interval antara tahun 1918-1951 ada 114 kasus fatal dari tipe ini.
Namun
sekarang cara pembunuhan dengan arsen seperti itu sudah tidak begitu terkenal.
Beberapa pengadilan di Amerika Serikat bahkan memakai apoteker / ahli obat
untuk mencatat semua penjualan yang mengandung senyawa arsen.
Kegunaan
Pada
suatu saat logam-logam berat menempati tempat-tempat yang menonjol dalam
pengobatan. Disamping juga merupakan penyebab-penyebab keracunan yang penting.
Kecuali emas, pemakaian pengobatan dari logam-logam telah dikemukan
dimana-dimana. Arsen sudah diketahui sebagai bahan untuk pengobatan oleh
orang-orang Yunani dan Roma zaman dulu. Diantaranya digunakan sebagai
parasitisida untuk protozoa, misalnya trypanosomiasis, spirochaeta, yaros,
demam kambuhan, amoubiasis, vaginitis trichomonal; dan arsen terutama digunakan
untuk mengobati filariasis pada anjing.
Memang
dasar-dasar dari banyak konsep-konsep modern tentang kemoterapi berasal dari
kerja awal Ehrlich dengan arsen-arsen organic. Derivate-derivat arsen yang
terkenal ialah salversan neoarsphenanime (mapharsan, arsenoxide).Bagaimanapun
sekarang medical interest terhadap logam-logam berat telah
menurun tajam, oleh karena penggantian dengan obat-obat antimikrobial alam dan
sintetik yang mujarab dan aman, serta untuk ukuran kesehatan masyarakat dan
higiene pencegahan dapat mengatasi masalah keracunan dari pemakaian
industri-industri mereka. Namun perhatian lingkungan, telah turut membantu
untuk suatu kejutan dari penelitian yang aktif dan berkelanjutan, dan sebagai
literatur dalam toksikologi logam berat.
Ditemukannya
penisilin menyisihkan arsen sebagai obat anti lues, dan juga obat-obat baru lain
yang hampir sama halnya dalam menurunkan penggunaan senyawaan arsen organik
yang lain.
Pada
pengobatan manusia sekarang, arsen-arsen yang masih dipakai hanya untuk
pengobatan beberapa penyakit tropis. Terutama masih dipakai pada
penyakit-penyakit hewan.
Untuk
masa-masa mendatang, di Amerika Serikat dan juga di negara-negara lain, imbas
dari arsen pada kesehatan, akan lebih banyak yang berasal dari industri dan
lingkungan daripada yang berasal dari pemakaian obat-obatan.
Tinjauan
yang menarik dari segi biologis toksikologi dan lingkungan tentang arsen telah
ditulis antara lain:
·
Valce dan
Dialoni 1960
·
Buchanan 1962
·
Schraeder 1966
·
Frost 1967
·
Lisella & Co.
Workers 1972
Salah
satu campuran yang paling penting adalah arsen triokside atau arsenious okside,
As2O3, dengan kata lain arsen putih yang banyak digunakan
sebagai bahan utama racun tikus – dan kadang-kadang dikelirukan dengan asam
arsenium. Ini terjadi dalam bentuk bubuk putih atau kristal oktahedral yang
tidak mempunyai rasa. Arsenic trioxide beracun dan ditemukan pada beberapa
pemberantasan tikus. Beberapa obat yang sering digunakan seperti cairan acidi
arsenasi dan Fowler’s solution mengandung arsen trioxide.
Dosis
letal (yang mematikan) dari keracunan arsenic tergantung pada senyawaannya.
Keracunan fatal oleh arsen trioxide adalah 0,2 – 0,3 gram bagi orang dewasa.
Campuran
arsen yang beracun dalam bentuk lain yaitu trichloride, triyodide, sodium
arsenate, pada Pearson’s solution, Scheele’s green atau Copper arsenite, Paris
green, Realgar, atau arsenic sulfide, Donovan’s solution, (masing-masing 1 %
merkuri yodide dan arsenic yodide), Clemen’s solution (potassium arsenat pada
bromidi) dan pigmen-pigmen yang serupa Brunwick green, Vienna merah dan mineral
biru dimana terdapat sejumlah arsen dalam bentuk lain. Arsen dalam beberapa
campuran arsen organic lain juga toksis.
Seperti
telah disinggung sebelumnya bahwa penggunaan arsen dalam pengobatan sudah
sangat jarang, hanya terbatas pada hewan. Di Indonesia, terutama pada masa
pembangunan ini arsen banyak digunakan untuk / pada pabrik-pabrik, alat-alat
kesenian, pertanian, pertanian dan perkebunan yang kadang-kadang menyebabkan
keracunan, misalnya:
- Arsenicus acid / white arsenic
- Bentuk kristal putih transparan, ada yang afogne seperti enamel, rasa sedikit pahit.
- Banyak dipakai untuk: pada peternakan untuk membersihkan bulu-bulu domba (campuran bentuk sulfur atau cairan ter), racun tikus.
- Persenyawaan Na dan K, liquor arsenicals (Fowler’s sol)
- Fly water merupakan campuran dari 1 bagian larutan arsenic sodium dengan 2 bagian gula dalam 20 bagian air. Kertas yang diberi larutan ini disebut “Fly Paper” atau “Kertas lalat”.
- Banyak dipakai untuk: membersihkan semak-semak, pengawetan kayu (membunuh serangga / preservatives).
- Perseny arsenic / arsenic pigment dengan tembaga
- Antara lain copper arsenic, scheele green, emerald green (aceto arsenite of copper)
- Banyak dipakai untuk: membuat pigmen-pigmen hijau pada kertas hiasan (dekorasi), bahan-bahan cat.
- Asam arsenic dan persenyewaan arsenic K dan Na
- Banyak dipakai untuk: pada pabrik untuk membuat magenta, rasa nilin, warna-warna aniline, jenis-jenis tinta cetak.
- Sulfida dari arsenic
- Antara lain jenis realgar, orpiment (yellow arsenic sulfide).
- Banyak dipakai untuk: Orpiment digunakan untuk membuat lukisan-lukisan, cat kertas, warna pada mainan anak-anak, bahan perontok rambut; Orpiment ini bila dicampur dengan linae (jeruk) dapat digunakan untuk penyamakan kulit (menghilangkan wol dari kulit)
- Arsenic Chloride
- Larutan arsenic dalam asam hidroklorida mengandung 1 % arsenioz acid yang sangat beracun.
- Arsin (AsH3, Arsen uretted hydrogen)
- Berbentuk gas yang sangat beracun, menyebabkan hemolisa kematian yang dapat bersifat mendadak, gas tidak berwarna berbau bawang. Banyak terbentuk dalam proses produksi hydrogen, karena proses produksi persenyawaan gas arsenic dengan bantuan Hn.
- Arsen dengan Pb
- Banyak dipakai untuk: membuat peluru / mimis.
Klasifikasi
Arsen
Sifat-sifat kimia dan fisika arsen
Simbol
· Nomor
atom
· Berat
Atom
Berat jenis (bentuk kristal
hitam)
· Valensi
· Titik
lebur
· Titik
sublimasi
Senyawa-senyawa berbahaya
· Senyawa-senyawa
tak berbahaya
· Efek
berbahaya (kronik)
· Derajat
· M.A.C.
· Penilaian
|
As
· 33
· 74,9216
(Publikasi Lexicon)
74,91 (Publikasi Hervey B.
Elkins PhD)
· 5,7
g/cc
· 3,5
· 814 °C
/ 149 °F
· 614 °C
/ 113 °C (Publikasi Lexicon)
615 °C (Publikasi Hervey
B. Elkins PhD)
· AsH3;
As2O3; AsCl3, arsenites; arsenates
· Arsenic;
As2S3
· Ulserasi
kulit, kerusakan bagian hidung
· Serius
· 0,25
mg/m3 udara (untuk As3O3 1 mg / 1 liter
urin.
· 1.
Analisa urin
2. Analisa udara
3. Analisa rambut dan kuku
· Tanah;
air; bir; tembakau
|
Arsen
sendiri sebagai unsur tidak digunakan. Elemen arsen adalah metal, berwarna
hitam, sering digunakan bersama timah yang digunakan dalam pabrik,
kadang-kadang ditemukan dalam bentuk metal murni, dimana bentuk alamiahnya
tersebut tidak toksik. Campuran tersebut tersebut bagaimanapun juga dapat
beracun dan sebagian darinya terkontaminasi dengan bahan tambang, arang dan
batu bara.
Jejak
arsen didapat pada minyak, air dan tumbuh-tumbuhan. Sebagian kecil terdapat
sebagai campuran kimia yang digunakan sebagai industri, misalnya mineral arsen,
mineral alkali dan metal seperti besi, seng dan timah.
Arsenik
merupakan salah satu unsur yang ada di dalam tanah, sehingga perlu diketahui
jika menghadapi kasus dimana korban telah dikubur. Contohnya tanah disekitar
tubuh korban; yaitu di atas, bawah, dan di sekitar tubuh korban harus diambil
guna dilakukan pemeriksaan toksikologis. Tindakan tersebut selayaknya diambil
untuk mencegah timbulnya interpretasi yang keliru.
Air
dapat mengandung arsenic sebagai akibat kontaminasi dari sisa-sisa pembuangan
pabrik / industri. Dalam proses pembuatan bir, arsenic dapat terbentuk, yaitu
sewaktu membuat glukosa untuk dijadikan bir.
Arsenic
juga ditemukan dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam kerang, oleh sebab itu
orang-orang yang mempunyai kebiasaan makan kerang, ekskresi arsenic dalam urin
cukup tinggi, sama halnya dengan mereka yang keracunan arsenic kronis.
Arsen
dalam tabel periodik tidak termasuk golongan logam, tetapi karena mempunyai
sifat mirip logam, maka dimasukkan ke dalam golongan “metalloid”.
Yang
dimaksud logam berat ialah:
- Logam yang mempunyai sifat membentuk garam dengan asam.
- Logam yang mempunyai berat molekul antara 59-232.
- Logam yang dapat bereaksi dengan ligond (pengikat berupa gugus atom, ion, atau molekul yang memiliki kesanggupan untuk menjadi donor pasangan dalam satu atau lebih ikatan koordinat [coordinate bound]).
Arsen
digolongkan ke dalam persenyawaan organic dan in organic; pembagian ini
sebagian untuk memudahkan penggolongan kimia. Arsen in organik berbeda dengan
arsen organik dalam beberapa hal yang penting dalam farmakologi.
Hampir
semua arsen in organik dapat dianggap sebagai garam asam meta arsenit (HAsO2).
Arsen yang sering digunakan untuk insektisida, racun tikus, dan herbisida
adalah karbason (4-ureidobenzen-asam arsenat), glikobiarsol, drokarbil, dan
oksofenarsin. Arsen trioksida (AsO3) sering disebut Arsenous acid
yang merupakan anhidrid dari asam meta arsenous (HAsO2). Hampir
semua trivalent arsen in organik dapat dianggap sebagai garam-garam dari asam
meta arsenous.
Potassium
arsenat adalah salah satu pemakaian untuk segala macam pengobatan. Sodium
arsenites calcium arsenite copper acete Cupie aceto arsenite dipakai terutama
sebagai insektisida, rodentisida, fungisida, dan herbasida. Arsen trichlorid
sekali-sekali dipakai sebagai pengganti potassium arsenat.
Senyawa-senyawa
arsen dari Pb, calcium, dan sodium; masih dipakai dalam formula lama
insektisida, yang terkadang merupakan kepentingan dalam hal toksikologinya.
Misalnya yang berasal dari arsen pentoxide, dipakai sebagai herbisida dan
defoliant.
Cocodyl
dan sodium sodium cocodilate Na; digolongkan sebagai asam in organik, karena
bentuk aktifnya adalah asam arsenikus, dimana kebanyakan cocodyl yang masuk
dalam badan dikonversikan.
Arsine
adalah gas beracun yang menyebabkan keracunan-keracunan industri yang sering
terjadi. Dimethyl arsine, dimethyl arsenic acid, dan methyl arsenic acid,
sebagaimana garam-garam sodium dan amoniumnya, muncul sebagai bentuk biotik
kontaminan lingkungan; dan juga dipakai sebagai herbisida.
Arsen
organic yang terbanyak / terpenting adalah derivat dari benzene arsenic
acid. Ada tiga derivate pentavalen yang digunakan dalam pengobatan;
carbosone (4-urcide benzene arsenic acid), tryparsonide (sodium N-Carbomyl
methyl – p-amine benzene arsenat) dan glicobiarsol.
Benzene
arsenic adalah golongan ikatan arsenic karbon dan invivo yang betul-betul tidak
dirubah menjadi asam in organik.
Arsen,
seperti telah disebut di muka adalah racun klasik dari pembunuhan dan bunuh
diri, tapi tak kurang pentingnya untuk toksikologi industri.Efek kronis dari
arsen trioxide dan dapat diduga debu-debu arsen lain, terutama terdiri dari
luka pada membran mukosa dan kulit. Menurut Harsen, ulkus dan perforasi septum
hidung tak jarang dapat dijumpai pada pekerja-pekerja arsen.Pentingnya arsen
sebagai penyebab kanker masih diragukan. Tapi kejadian abnormal dari kanker
eksterna dan saluran pernafasan pada kelompok pekerja-pekerja yang terkena debu
arsenic oxide telah dilaporkan.
Banyak
senyawa-senyawa arsen organic yang sangat toksik. Lewisite Ch Cl = Ch – As Cl2 merupakan
satu diantara gas-gas yang digunakan dalam kimia yang merupakan suatu vesicant
yang kuat dan dephenyl chloro arsino, dipenylamine chloro arsine, serta dipenyl
cyano arsine merupakan jenis senyawa yang sangat iritan. Konsentrasi kecil
dapat mengakibatkan muntah-muntah. Cairan arsen triklorid juga vesicant dan
sangat toksik bila menyentuh kulit.
Arsine: As H3.-
·
Berat molekul : 77,9
·
Titik
didih :
-35 °C
·
Efek
berbahaya :
Perubahan-perubahan darah, kerusakan hepar.
·
Derajat :
Serius, fatal.
·
M.A.C. :
0,05 p.p.m.
0,5 mg As / liter urin.
·
Penilaian :
- Analisis udara
-
Analisis urin
Arsine
merupakan gas tidak berwarna, berbau bawang, dan sangat beracun. Arsine telah
diperagakan terjadi dari campuran Ca hydride dan metal oxida yang ada dimana
penderita bekerja, pada konsentrasi rata-rata 0,5 ppm.
Besarnya
bahaya arsine terletak terutama pada penguapan selektifnya daripada
toksisitasnya, lain dari pada itu mungkin saja. Demikian suatu debu dari
senyawa incet terdiri dari 0,1 % arsen tidak akan menyebabkan keracunan yang
sama. Tapi bila zat tersebut menyebabkan proses reduksi kimia atau elektrolit,
arsen mungkin menguap hampir seluruhnya seperti arsine, dan suatu konsentrasi
yang berbahaya bisa dihasilkan dari material yang relatif kecil.
1. Arsen In Organik
Bentuk
arsen in organik ini sifatnya sangat beracun dan paling sering digunakan karena
sifatnya tersebut. Campuran ini, lebih banyak digunakan untuk pembunuhan dimana
racun diberikan dalam dosis besar atau pemberian dosis kecil tetapi
berulang-ulang, supaya dapat menimbulkan gejala-gejala seperti sakit biasa.
Dahulu
pembunuhan pada sejumlah manusia dengan racun tunggal, paling banyak
menggunakan jenis arsen ini. Cara pemberiannya dengan cara dicampur pada makanan
atau minuman. Tetapi cara pembunuhan seperti ini sudah jarang dilakukan lagi,
karena racun ini mudah diketahui dan dicurigai secara langsung sebagai tindakan
kriminal. Pada sebagian kecil kasus pembunuhan dengan preparat yang mengandung
arsen dimasukkan lewat rektum, vagina, dan uretra serta kematiannya serupa
dengan yang diakibatkan oleh obat secara injeksi. Secara pervaginam dapat untuk
menginduksi abortus.
Kasus-kasus
bunuh diri menggunakan racun lebih sering dan biasanya menggunakan racun tikus
atau Paris Green. Kecelakaan akibat racun in organik sering terjadi. Sebagian
kasus yang diperiksa tersebut ditenggarai menggunakan jenis racun tikus, atau
semprotan untuk tanaman (makan buah-buahan, sayuran dimana berasal dari daerah
yang disemprot), untuk pengawet kertas atau untuk kain, kertas dinding (karena
mengandung arsen yang kemudian menjadi partikel debu dalam rumah) dan untuk
campuran warna. Campuran arsen juga ditemukan pada minuman, air, bir, kopi,
obat-obatan, mineral, gas, dan produk batu bara.
Penggunaan
obat dalam bentuk campuran arsen harus diperhatikan karena bahayanya; apakah
itu diberikan secara internal ataupun secara topikal seperti lotion,
salf, atau bedak untuk luka, tumor, atau kerusakan pada kulit yang lain.
Gejala keracunan kadang disebabkan oleh absorbsi obat. Pada beberapa contoh
kasus, arsenic trioxide sering dikelirukan dengan bubuk putih yang lain.
Senyawa
in organik, hanya mempunyai kemampuan kecil untuk mematikan jaringan tubuh,
tapi tetap meracuni protoplasma sel tubuh, yang selama berada dalam sirkulasi
darah dan jika terjadi kontak dengan sel hidup dapat menyebabkan
perubahan-perubahan degeneratif.
Pada
umumnya aksi dari iritasi lokal tidak diketahui, tidak begitu jelas,
tapi setelah diabsorbsi, akan terus ke aliran darah menuju
bagian-bagian organ tubuh hingga timbul efek-efek pada kapiler.Intensitas dari
toksemia tergantung dari jumlah obat dan kecepatan absorbsi obat yang
diberikan. Jika racun dalam bentuk cairan akan cepat diabsorbsi, tetapi jika
diberikan dalam bentuk yang padat akan diabsorbsi lebih lambat.Racun ini akan
diabsorbsi dan ditimbun dalam jaringan hepar dan organ lain untuk beberapa
hari, dan akan dieliminasi melalui ginjal dan traktus gastrointestinal.
2. Arsen Organik
Preparat
arsen organik banyak dibuat, sebagian besar diantaranya merupakan senyawa
sintetis.
Senyawaan
organik, termasuk diantaranya merupakan golongan alifatik dan aromatik, yang
mengandung baik trivalent maupun pentavalen arsenic. Bersifat kurang toksis
apabila dibandingkan dengan bentuk in organik, mungkin disebabkan karena
absorbsinya yang lebih lambat. Bila masuk ke dalam tubuh, akan terurai secara
perlahan-lahan dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan / kesulitan-kesulitan
yang serius, namun kadang-kadang bila karena sesuatu hal, dapat mempercepat
absorbsinya sehingga dapat menimbulkan efek toksis yang lebih berat.
Beberapa
bentuk dari trivalen digunakan pada pengobatan tripanosomiasis dan spirochaeta
misalnya pada demam kambuhan sifilis. Bentuk arsen ini ditimbun dalam berbagai
organ, khususnya pada hati dan arsen jenis ini menghilang secara bertahap. Hal
ini menyebabkan efeknya terhadap parasit (durasinya) arsen menjadi panjang.
Arsen
pentavalen organik tidak seefisien arsen trivalent, dan jika digunakan untuk
obat bisa berbahaya. Arsen trivalent organik yang paling penting adalah derivat
dari Arsphenamine (Salvarsan atau 606, formula HCL.NH2.C6H3As=AsC6H3.OH.
NH2HCL.2H2O) diantaranya silver arsphenamine,
sulfarshphenamine, bismarsen (bismuth arsphenamine sulfonate) dan
neoarsphenamine (mapharsen, arseoxide, dasar dari kelompok arsphenamine).
Bentuk di atas semuanya efisien dalam pengobatan spirochaeta dan penyakit
protoza.
Diberikan
secara intra vena dalam larutan sekali dengan dosis 0,3-0,6 gram, kecuali
silver arsphenamine diberikan dengan dosis lebih kecil. Sekitar tahun 1954,
pengobatan berkembang dengan pemberian dosis yang lebih besar, dengan berbagai
cara, misalnya intra vena perdrop lambat, intravena perdrip cepat, dan
pemberian dengan spuit injeksi. Pemberian marphasen yang dikombinasi dengan
bismuth atau vaksin typoid, dengan hasil pengobatan yang lebih baik. Pemberian
arsen trivalent sebagai pencegahan tidak menimbulkan kerugian, tapi dalam kasus
yang jarang dapat menimbulkan kematian.
Kadang-kadang
pasien mati dengan gejala kolaps seluruh tubuh sesudah pemberian dosis tunggal
dengan injeksi.
Pada
otopsi, sedikit memperlihatkan gejala khas, hal ini mungkin disebabkan karena
reaksi hipersensitivitas.Pada kasus lain, kematian terjadi akibat keracunan
kronik oleh pemecahan / disosiasi arsen organik dari preparat arsphenamine
dalam tubuh, dan efek ini memerlukan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
untuk berkembang.Satu gejala yang paling mencolok adalah dermatitis exfoliativa
pada seluruh tubuh, khas dengan adanya skuama epidermis dan infiltrasi leukosit
di sekelilingnya dan pada korium.
Pada
kasus yang lain, terjadi asphenamine enchephaloragi dan pasien meninggal
setelah koma, dan dari otopsi memperlihatkan petichae dan perdarahan yang difus
dan dapat juga terjadi perdarahan pada pons.Diatesa hemorrhagi juga terjadi
pada jaringan subserosa khususnya pada mesenterium, intestinum tenue, dan otot
jantung.Kadang granulositopenia atau anemia aplastik, atau berkembang menjadi
trombosis umum dapat terjadi. Efek berikutnya berlangsung proses degenerasi
berat yang terjadi pada parenkim organ dan hati yang bisa saja terlibat,
akhirnya terjadi kematian mendadak (akut) atau subakutyellow atrofi
dengan sakit kuning.
Pada
kasus dimana korban dapat diselamatkan, dapat terlihat bercak fibrosis pada
parenkim hepar dan hepatitis kronik akibat proses degeneratif yang lama. Jika
pemberian tidak hati-hati, dan keluar dari vena, dapat menyebabkan tormbosis.
Pemberian
BAL pada komplikasi akibat arsen organik grup salvarsan misalnya dermatosis,
dermatitis exfoliativa, perdarahan otak, sakit kuning, akan memberikan hasil
yang baik.
farmakokinetika
Absorbsi
Senyawa-senyawa
arsen yang larut dalam air diabsorbsi dari semua selaput lendir dan secara
pemberian parenteral. Absorbsi senyawa arsen yang sukar larut dalam air
misalnya As2O3 yang sangat tergantung pada kehalusan
dari bagian-bagiannya (fineness of subdivision).
Dalam
obat pembasmian tanaman pengganggu (herbicides), terutama As2O3 terbagi
dengan agak kasar. Walaupun senyawa arsen yang pentavalen lebih banyak
mengalami imitasi daripada senyawa yang trivalent, namun senyawa arsen in
organik yang pentavalen diabsorbsi lebih baik daripada yang trivalent, namun
karena mereka kurang bereaksi dengan isi usus dan mukosa senyawa arsen organik
yang trivalent adalah juga sedikit diarbsorpsi dari saluran gastro intestinal,
kecuali melarsopral.
1. Absorbsi
melalui saluran pencernaan biasanya terjadi pada usaha bunuh diri. Pembunuhan
dan keracunan anak-anak dapat terjadi karena mereka tertarik akan warna atau
rasa enak suatu obat, sehingga menyebabkan keracunan karena overdosis. Saluran
pencernaan masih merupakan lingkungan luar (milious externa), sehingga
adanya zat-zat beracun di dalam saluran pencernaan tidak akan mengakibatkan
keracunan – hanya racun-racun yang bersifat kanotik atau korosif yang dapat
merusak selaput lendir usus, yang selanjutnya bisa terjadi perforasi,
peritonitis, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Pada
umumnya zat beracun lebih mudah menyebabkan keracunan jika diberikan pada perut
kosong karena lebih cepat diabsorbsi. Juga pada umumnya bentuk non ion akan
lebih mudah diabsorbsi daripada bentuk ion, serta ph dapat mempengaruhi difusi
zat beracun melalui membran epitel usus. Selain ph, konstante dinosiasi (p Ka)
berpengaruh atas bentuk non ion dan bentuk ion, menurut persamaan Handecson
Hasselbach:
·
Untuk asam: P Ka – ph = log (bentuk
non ion)
bentuk
ion
·
Untuk basa : P Ka – ph =
log (bentuk ion)
(bentuk
non ion)
- Absorbsi melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa hal:
·
Stratum corneum merupakan “therato
limiting basic” sehingga bila lapisan ini rusak atau jika integritas kulit
terganggu, maka absorbsi akan dipermudah.
·
Spesies pada hewan.
·
Beberapa zat kimia dapat merubah
kulit sehingga lebih permeabel terhadap zat kimia lain.
·
Sifat-sifat psikokimia.
·
Zat-zat yang larut dalam lipid
kurang mudah diabsorbsi kulit jika dibandingkan dengan zat-zat yang larut dalam
air.
·
Zat-zat kimia yang berbentuk non
ion lebih mudah diabsorbsi daripada yang berbentuk ion.
·
Ph, ukuran molekul, temperatur
dan vaskularisasi juga ikut menentukan.
- Sebagian dari zat-zat beracun yang masuk melalui pernafasan terabsorbsi melalui selaput lendir di bagian tracheo-bronchial, non pharynx dan oropharynx serta sebagian dari zat-zat tadi tertelan dan masuk ke dalam alat pencernaan. Partikel-partikel sebesar 5 mikrometer atau lebih tetap berada di dalam nasopharynx (bernafas melalui mulut), dan yang berukuran 2-5 mikron bisa sampai ke dalam bagian tracheo-bronchial, yang kemudian oleh lendir dan silia dapat dibersihkan dengan atau tanpa perantaraan batuk. Partikel-partikel sebesar 1 mikrometer atau kurang dapat masuk ke alveoli dimana partikel-partikel itu dapat diabsorbsi masuk ke dalam darah.
Mekanisme keracunan
Mekanisme
kerja toksik yang utama dari senyawa arsen ialah dengan menghambat kerja enzim
sulfihidril. Senyawa arsen organik yang trivalent misalnya phenyl arsen oxide
lebih poten dalam hal menghambat kerja enzim sulfihidril daripada arsenites in
organik. Arsenoxide sebagai senyawa antara yang aktif (active intermurate)
tidak dapat bereaksi dengan kelompok-kelompok kimia yang lain, kecuali sulfihidril.
Consparasid arsen arsen misalnya aesphenamine dan senyawa arsen yang pentavalen
harus dikonversi menjadi arsenoxide atau arsenit terlebih dahulu sebelum dapat
bereaksi, kecuali dikloroarsen yang dapat bereaksi langsung.
Formulasi
yang umum dan komplit dari reaksi arsenoxide (arsenite) dengan gugus
sulfihidril dari protein adalah sebagai berikut:
S-PR
R
– As = O + 2 Hs –
PR R
+ As +
H-O-H
S-PR
Dimana R adalah gugus
kimia, dan PR adalah protein. Inertivasi dari enymen sulfihifdril yang esensial
mungkin merupakan langkah pertama ke arah kerusakan sel. Di antara senyawa
arsen, klorvinilkloroarsen (lewisite) mempunyai daya inhibisi yang terkuat. Ion
arsenat dapat bekerja sebagai uncouplers pada fosforilasi
oksidatif, karena itu pembentukan ATP terganggu.
Sistem
oksidasi piruvat dan sejumlah besar enzim lain adalah rawan terhadap senyawa
arsen. Peranan dari interaksi antara senyawa arsen dengan thiocic (x liporc)
acid, suatu bagian esensial dari reaksi dekarboksilasi piruvat menjadi
perhatian utama, lebih dari reaksi dengan sulfihidril dari dua molekul yang
berbeda seperti dilukiskan pada formula di atas senyawa arsen yang dapat
bereaksi dengan kedua gugus sulfihidril dari thiocic acid untuk membentuk cincin
bersegi enam, yaitu suatu cincin yang lebih stabil daripada monocyclic thio
arsenites.
Pembentukan
cincin menunjukkan kemanjuran dimercaprol dalam pengobatan keracunan arsen.
Arsine (AsH3) bergabung dengan hemoglobin dan dioksidasi menjadi campuran
(compound) hemolitik dan tidak menunjukkan aksi dengan menghambat enzim
sulfihidril.
Efek sistemik
Efek pada peredaran
darah
Senyawa
arsen dosis kecil in organik menyebabkan vasodilatasi ringan. Dosis besar
menimbulkan efek pada sistem sirkulasi. Perlukaan dapat terjadi pada semua
anyaman kapiler, tapi yang sering terjadi di daerah splanchnicus. Sebagai
hasilnya adalah transudasi dari plasma dan penurunan darah yang tajam,
selanjutnya terjadi kerusakan arteri dan myocard serta tekanan darah turun
sampai terjadi syok.
Gambaran
EKG yang abnormal tetap terjadi sampai satu bulan sesudah penyembuhan dari
intoksikasi akuta. Senyawa arsen organ trivalent terutama mengenai kapiler,
tekanan pembuluh darah (resistant vessels), dan tentang jantung,
pengaruhnya sama dengan arsen in organik.
Pada
dosis terapeutik obat, efek pada sirkulasi bervariasi dengan jarang terjadi
reaksi seperti syok angioneurotik yang segera mengikuti pemberian tryparsamide.
Hal ini terjadi mengikuti pemberian senyawa arsenic sejenis dengan sifat
simpatomimetik yang secara efektif meninggikan tekanan darah selama suatu
krisis; dimana hal tersebut tidak terjadi selama syok oleh karena senyawa arsen
in organik. Krisis ini terjadi disebabkan oleh karena flocylasi plasma protein.
Arteriosclerosis
perifer (clackfoot disease0 dapat disebabkan oleh pemasukan senyawa arsen in
organic secara kronis (Heydoen, 1970).
Tractus gastrointestinal
Dosis
kecil senyawa arsen in organik terutama yang trivalent menyebabkan splanchnic
hyperemia. Transudasi plasma pada kapiler sebagai akibat pada dosis besar
membentuk vesikula di bawah mukosa gastrointestinal. Vesikula tadi akhirnya
pecah, fragmen epitel terlepas, lalu plasma tercurah ke dalam lumen, yang
kemudian akan membeku.
Jaringan
yang rusak dan aksi cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen menyebabkan
naiknya peristaltik dan keluarnya tinja yang karateristiknya seperti air beras.
Protiforens epitel yang normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih
lanjut. Segera sesudah itu feses menjadi berdarah, muntah seringkali terjadi,
dan muntahan mungkin mengandung darah. Stomatitis mungkin juga terjadi,
serangan gastrointestinal mungkin terjadi dengan sedikit demi sedikit sehingga
kemungkinan cara cuman arsenic mungkin diabaikan.
Sindrom
nausea, vomiting, diare, sakit kepala dan malaise merupakan tipe reaksi yang
sering terjadi sebagai akibat pemberian injeksi senyawa arsen organik. Reaksi
ini tidak segera terjadi, tetapi terjadi dalam waktu 4-12 jam sesudah injeksi
dan berlangsung selama beberapa jam sampai hitungan hari. Hal ini disebabkan
oleh intoksikasi oleh bagian senyawa arsenic yang aktif dari obat tersebut.
Insidensi
tertinggi terjadi setelah pemberian senyawa arsen trivalent dan paling rendah
setelah pemberian senyawa arsen pentavalen; misalnya tryparsamide. Over dosis
yang sangat besar dari senyawa arsen organik efeknya sama dengan pemberian
senyawa arsen in organik.
Tractus urinarius
Aksi
dari senyawa arsen pada kapiler ginjal, tubuler dan glomeruli dapat menyebabkan
kerusakan ren yang hebat. Efek pertama pada glomeruli, pembuluh darah mengalami
dilatasi sehingga memungkinkan hilangnya protein dan kemudian terjadi
pembengkakan untuk mengisi glomerulair. Variasi tingkatan dari nekrosis tubuler
dan degenerasi terjadi, urin berkurang dan berisi protein, eritrosis dan carts.
Sejumlah
carts, albuminuria ringan dan darah pada urin sedikit meninggi, sering terjadi
setelah pemberian senyawa arsen organik dengan dosis terapeutik – namun efek
ini hanya bersifat sementara.
Kerusakan
ginjal akut yang jarang terjadi akibat arsen organik adalah idiosyncrasi.
Kulit
Pemberian
senyawa arsen in organik dengan dosis rendah dan secara kronis akan menyebabkan
vasodilatasi kulit dan “milk and corce” complexion. Penggunaan
senyawa arsenic yang berkepanjangan juga menyebabkan hiperkeratosis dan
hiperpigmentasi, yag akhirnya aksi ini menuju ke arah atrofi dan degenerasi
serta mungkin juga ke arah kanker. Erupsi pada kulit umumnya terjadi setelah
pengobatan dengan senyawa arsen in organik.
Senyawa
arsen trivalent yang sistemik mengganggu dengan respon peradangan pada kulit
dan dapat menyebabkan terjadinya pyoderma. Hal tersebut juga mengganggu
penyembuhan luka pada kulit dan jaringan lain.
Insidensi
dermatitis pada penggunaan senyawa arsen organik pentavalen adalah rendah dan
reaksinya biasanya ringan. Luka bisa lokal atau menyeluruh dalam distribusinya.
Sistem syaraf pusat
(SSP)
Pada
penggunaan secara kronis atau terpapar dengan senyawa arsen in organik (namun
jarang pada senyawa arsen organik) dapat menyebabkan neuritis periferal. Pada
kasus yang berat, sumsum tulang belakang bisa terkena juga. Pada pemberian
senyawa arsen in organik dengan dosis toksis secara akuta, hampir 5 % akan
menunjukkan depresi sentral tanpa gejala-gejala gastrointestinal.
Dari
arsen yang masih digunakan oleh manusia, tryparsamide – tapi bukan carborsone
atau glico biarzol – menyebabkan insidensi yang tinggi dalah hal efek pada SSP,
bila digunakan dengan dosis terapeutik. Efek ini biasanya visual.
Ensefalopati
dapat ditimbulkan pada penggunaan:
- Senyawa
arsen organik trivalent misalnya: melarsoprol (paling umum sebagai rekasi
toksik).
- Senyawa
arsen organik pentavalen, glico biorsal pada dosis klinis (tapi jarang).
- Overdosis
carbarsone.
Gejalanya
termasuk sakit kepala yang berat, konvulsi dan koma. Gejala-gejala sebelumnya
terlihat pada cairan serebro spinal jumlah sel dan protein bertambah. Kerusakan
pada otak terutama yang berasal dari vasculair dan terjadi
pada massa putih dan abu-abu, gejalanya berupa perdarahan nekrosis
dengan focus yang multipel dan simetris.
Perlu
ditambahkan pada pemberian dimecaprol ialah pengobatan sedatif, anti konvulsan
dan tindakan untuk mengurangi oedem otak, yang mana antara lain dapat dengan
memberi mannitol hipertonik atau larutan ureum.
Darah
Senyawa
arsen in organik mengganggu sum-sum tulang dan mengubah komposisi sel-sel
darah. Vaskularisasi pada sumsum tulang bertambah. Pada dosis sedang
menyebabkan pengurangan eritrosit dan pada dosis besar menyebabkan perubahan
morfologis sel-sel darah dengan tampak adanya megalocytes dan microscytes.
Senyawa arsen in organik juga menekan produksi leukosit. Beberapa efek kronis
pada adarah dapat disebabkan oleh karena terganggunya absorbsi asam folat.
Arsenite
juga mengganggu syntore parpyrine (Van Togeran et all, 1965). Gangguan pada
darah dan sumsum tulang yang ditimbulkan oleh senyawa arsen in organic
merupakan masalah yang benar-benar serius, tapi untungnya jarang terjadi.
Sejumlah kasus agranulasitosis disebabkan oleh glico biornd yang mana telah
dilaporkan pernah terjadi.
Hati
Senyawa
arsen in organik dan sejumlah yang organik, terutama toksis terhadap lever dan
menimbulkan infiltrasi lemak, nekrosis sentralis dan chirossis triparsamide
yang dapat merusak kapur pada dosis terapeutik. Kerusakan bisa sedang atau
berat; menyebabkan acute yellow athrophybahkan kematian.
Kerusakan
pada umumnya mengenai parenkim hepar, tetapi pada beberapa kasus memberikan
gambaran klinis yang menyerupai aclusi saluran empedu secara umum yang
disebabkan oleh pericholangitis dan thrombus empron pada cabang saluran empedu
yang paling halus.
Metabolisme
Aksi
toksis yang mula-mula dari senyawa arsen organik menimbulkan oedema tersembunyi
disebabkan oleh kerusakan kapiler. Pada kerusakan arsen eliminasi nitrogen
bertambah oleh karena degenerasi jaringan yang terjadi pada banyak organ.
Percobaan
untuk mendemonstrasikan aksi tonik dari senyawa arsen pada hewan percobaan
menunjukkan bahwa elemen ini tidak berguna pada pertumbuhan dan perkembangan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking